Karena Kebenaran Itu Tidak Bisu
Diposting oleh Arlini , 17 Mei 2010 17.5.10
Beberapa waktu yang lalu saya bersama seorang teman seperjuangan terlibat diskusi dengan dua orang ikhwan dari harakah yang berbeda dengan kami. Diskusi tersebut berisi seputar klarifikasi atas kesalahpahaman yang terjadi pada individu – individu aktivis dakwah di kampus kita. Dikatakan diskusi sebenarnya kurang tepat juga. Karena saat itu kami lebih banyak mendengar dari pada berbicara, sebaliknya ikhwan – ikhwan itu lebih banyak berbicara. Sangat sedikit feed back dari kami terhadap argumen mereka. Sebenarnya saat itu banyak yang ingin ditanggapi dari argumen mereka. Tapi kami punya kendala. Saya tidak ingin menceritakan kendala yang dialami teman akhwat saya, karena saya kurang paham kendala apa yang dihadapinya hingga saat itu sedikit sekali ia berbicara. Kalau kendala yang saya hadapi, kecepatan berfikir. Ya, kecepatan berfikir yang tidak saya miliki hingga untuk menanggapi opini mereka secara spontan saya tidak bisa. Bisa dikatakan IQ saya rendah(begitu yang saya pahami tentang kekurangan saya). Kata – kata itu sudah ada di dalam benak saya, tetapi terasa berserakan. Dan untuk menyusunnya menjadi kalimat – kalimat yang mudah dimengerti, enak didengar, itu perlu waktu. Jadilah saat itu kami menjadi pendengar budiman, tanpa banyak berkomentar.
Saya masih ingat beberapa point dari apa yang mereka sampaikan, salah satu diantaranya bahwa individu yang sudah mengkaji diharakah mereka, sebaiknya tidak lagi disampaikan kepada individu – individu tersebut mengenai ide – ide Islam yang dikaji di harakah kami, karena masih banyak saudara – saudara diluar sana yang belum tersentuh Islam, lebih baik kepada mereka saja ide – ide tersebut disampaikan. Afwan kalo kebetulan ikhwan – ikhwan yang dimaksud dalam tulisan ini membaca tulisan ini dan menemukan kesalahan pada point yang saya pahami dari penyampaian mereka. Ingin berkomentar, silahkan.
Mengenai point tersebut, disini saya ingin memberikan tanggapa, (karena tidak mungkin mengulang lagi diskusi tersebut, sementara keinginan untuk mengomentari argumen tersebut masih terus mengusik hati saya, maka saya kira disinilah tempat yang tepat untuk mengutarakan hal tersebut.) Mengutip sebuah kalimat dalam sebuah buku berjudul “Menggenggam Bara Islam” karya ustadz muda Abay Abu Hamzah, bahwa Kebenaran Itu Tidak Bisu dan Tidak Boleh Membisu. Kalimat sakti yang membangkitkan hati dan pikiran saya hingga sampai saat ini tetap bertahan dijalan ini, jalan yang Insya Allah diridhai oleh Allah SWT. Ketika kita meyakini sesuatu sebagai kebenaran yang dengan itu dapat menyelamatkan kehidupan kita didunia dan diakhirat, tentunya kita juga ingin orang – orang yang kita sayangi ikut meyakini hal tersebut. Kita tidak akan rela keluarga, sahabat, serta saudara – saudara kita seakidah tidak mendengar kebenaran itu. Jadi dalam hal ini afwan kalo saya katakan saya tidak setuju dengan argumen tersebut. Saya tidak akan memilih kepada siapa ide itu saya sampaikan. Siapapun yang bersedia mendengarkan saya, ide tersebut akan saya sampaikan. Karena kebenaran itu tidak bisu dan tidak boleh membisu!!! Allah SWT adalah saksi atas perkataan saya ini, bahwa ide itu saya sampaikan semata sebagai wujud rasa sayang saya kepada saudara – saudara seakidah. Terlebih menyampaikan kebenaran Islam merupakan kewajiban dari Allah SWT sebagai makhlukNya, dengan harapan kehidupan Islam yang dibangun oleh Rasulullah dahulunya yang telah bertahan selama kurang lebih 1300 tahun lamanya dapat segera terwujud kembali. Wallahu’alam…
Caranya mudah saja.. Kalo suka macet untuk berpikir cepat tp km kan lumayan bs nulis ne... Cb buat za tulisan di selebaran.. Pasang di mading kampus.. Nah biar kalo da yg mo naggepin tinggal bales pk tulisan.. Kami dl sering begitu kok..
Jd kan keliatan intelek nya... *cie..cie..:D