KISAH PILU di HARI RABU

Diposting oleh Arlini , 17 Januari 2011 17.1.11

........here me

Medan, 12 Januari 2011
Pukul 15.59 wib, ku berlari meninggalkan perlombaan puisi itu. Adikku yang mengikuti perlombaan itu telah tampil. Penampilan yang tak terlalu mengesankan. Karena terlihat begitu polos, belum berpengalaman. Tapi lumayanlah untuk pemula. Nyalinya cukup besar untuk tetap mengikuti perlombaan dengan persiapan seadanya. Benar – benar nekat, pikirku.
Pukul 16.10 wib, aku tiba dikampus. Terlihat dari kejauhan ujian telah dimulai. Sesampai didalam kelas, tiba – tiba perutku mules..,melilit – lilit. Duh, kenapa sih mesti sakit perut disaat yang tidak tepat seperti ini…... Hatiku bimbang…Tetap bertahan mengikuti ujian dengan perasaan tidak nyaman, atau menyelesaikan urusan ketidaknyamanan yang muncul dari hasil kerja organ tubuhku ini dahulu, baru mengikuti ujian. Sementara waktu ashar sudah masuk. Tiga urusan yang harus diselesaikan dalam waktu yang bersamaan…hhhmmmmm.
Ternyata urusan perut paling mendesak. Butuh penanganan yang cepat. Berlari aku meninggalkan kelas menuju toilet. Tapi urusan ini tidak selesai secepat yang aku inginkan. Angin didalam perutku terus saja berputar – putar. Sakiiit…….
Pukul 16.25, satu urusan terselesaikan. Aku kembali ke kelas. Dalam benakku masih tersisa dua perkara. Keduanya penting, harus segera diselesaikan. Ku pikir waktu sholat lebih panjang. Maka aku memilih mengikuti ujian terlebih dahulu. Betapa terkejutnya aku, ketika menerima kertas soal ujian. Jumlah soalnya banyak sekali. Mata kuliah perpajakan lanjutan. Dengan angka – angka bernilai tinggi yang harus dijumlahkan. Kalau aku perkirakan butuh waktu 90 menit untuk mengerjakan soal itu, seandainya soal dikerjakan dengan tenang dan tulisan yang rapi. Dan resikonya, aku kehilangan waktu ashar.
Maka berputar – putarlah pikiranku mencari jalan bagaimana menyelesaikan ujian ini dalam waktu singkat tetapi hasilnya rapi. Tidak kutemukan caranya. Satu – satunya jalan ialah mengerjakan soal secepat mungkin tanpa memikirkan lagi kerapiannya, menghitung secepat mungkin tanpa memikirkan lagi benar dan salahnya. Dengan tulisan mirip tulisan dokter itu, pukul 17.15 wib soal selesai kukerjakan. Aku pun bergegas meninggalkan kelas untuk menunaikan kewajiban sholat ashar. Tapi masih banyak teman – teman dikelas yang masih mengerjakan soal. Masing – masing mereka ada yang menyelesaikan soal pukul 17.35, pukul 17.40 bahkan ada yang mengerjakan sampai pukul 17.50. Wallahu a’lam apa masih ada waktu ashar.
Pilu hati ini, mengalami peristiwa yang sebenarnya sudah sering terjadi. Tapi kali ini lebih parah. Karena batas waktu yang diberikan untuk menyelesaikan soal lebih panjang, sampai pukul 18.00. Yang biasanya batas waktu menyelesaikan ujian hanya sampai 17.30. Hingga banyak yang terlena, lebih memilih mengikuti ujian daripada menunaikan sholat. Mengapa waktu ujian mesti bersamaan dengan waktu sholat ashar? Padahal di jadwal ujian tercantum ujian dimulai 16.15 wib, yang artinya setelah sholat ashar. Mengapa dimulai lebih awal? Ini bukan saja terjadi diwaktu ujian. Banyak teman yang mengaku kehilangan sholatnya karena alasan masuk kuliah yang bersamaan dengan waktu sholat. Mengapa pula soal ujiannya begitu banyak. Rata – rata dari kita bisa menyelesaikan soal tersebut lebih dari 90 menit. Ujian dimulai pukul 16.00. Kan tetap aja telat sholat asharnya.
Betapa terasa kebobrokan penerapan sistem kapitalis sekuler ini. Hanya sekedar untuk mempertahankan kewajiban sholat saja terasa sangat sulit. Yang membuat aturan main waktu ujian tidak memperhitungkan kewajiban sholat. Dunia dipandang lebih berharga dibanding sujud menyembah Sang Pencipta..Dan keberadaan khilafahpun terasa semakin urgen saja…dimana khalifah sang pemimpin pasti tidak akan membiarkan rakyatnya mengatur waktu aktivitas dunia bersamaan dengan aktivitas ibadah…Khalifah pasti akan melindungi rakyatnya dari dosa. Karena khalifah laksana perisai yang melindungi orang – orang dibawah kepemimpinannya(H.R Muslim no 3428). Dan khalifah pun pasti tau bahwa tugas seorang pemimpin amatlah berat. Pemimpin akan bertanggung jawab terhadap apa yang di pimpinnya dihadapan Allah kelak(H.R Bukhari no. 844)..
(..tsumma takunu khilafatan ‘ala minhajjinnubuwah…(Musnad Imam Ahmad no. 17680)