Kisah Dibalik Semangat Perubahan Itu

Diposting oleh Arlini , 27 April 2010 27.4.10

Ku coba kilas balik untuk waktu beberapa tahun yang lalu dimana keinginan bangkit itu benar – benar aku rasakan hingga kemudian membuat hidupku terasa begitu menyenangkan meskipun jalan yang aku lalui penuh cobaan. Sekitar 3 tahun yang lalu, awal tahun 2007, saat itu semangat hidupku benar – benar menurun mencapai titik nol. Hatiku terasa hampa, tidak tau tujuan hidup ini untuk apa. Sebabnya, aku mengalami apa yang juga dialami oleh banyak orang, ya…menjadi pengangguran. Saat itu, bagiku hidup ini akan punya arti jika setelah lulus sekolah bisa bekerja, punya penghasilan sendiri, menjadi mandiri. Keinginan sebenarnya itu kuliah, tapi kondisi keuangan keluarga yang tidak mencukupi membuat aku harus rela membuang jauh keinginan itu. Sementara skill yang dibutuhkan untuk bekerja tidak banyak aku miliki. Itu yang kemudian menyadarkan aku bahwa pendidikan yang aku jalani selama ini tidak cukup berguna bagi masa depanku. Hanya mengajarkan teori, minim aksi, ditambah pengaruh lingkungan pergaulanku yang tidak membawa dampak positif. Membuatku lalai berpikir kedepan, sibuk bermalas – malasan, gaul sana – gaul sini hingga benar – benar kurasakan akibatnya dikemudian hari.
Dalam keputusasaan itu, kupanjatkan munajatku pada Allah, kumohon untuk diberi jalan mendapat pekerjaan. Pekerjaan apapun itu aku terima, aku benar – benar pasrah. Alhamdulillah beberapa saat kemudian seorang teman memberi kabar padaku bahwa sebuah pangkas di dekat tempat dia bekerja membutuhkan kasir, diapun menawarkan pekerjaan itu padaku. Tanpa pikir panjang akupun menerimanya. Aku merasa ini adalah jalan yang Allah bukakan untukku agar aku mulai belajar untuk memperbaiki diriku. Dengan waktu bekerja 12 jam dan gaji minim, kujalani pekerjaan itu dengan semangat baru semangat perubahan. Bersama 2 orang rekan kerjaku yang bertugas menjadi tukang pangkas, kulewati hari – hariku, aku kerap berbagi cerita dengan mereka. Melalui berbagai obrolanku dengan Ismail (salah satu mitra kerjaku itu), ku banyak dapat inspirasi untuk menatap hidup ini lebih cerah. Mitra kerjaku yang satu ini ternyata disamping sebagai tukang pangkas, dia adalah seorang mahasiswa. Dan dia yang menyemangati aku untuk juga kuliah seperti dia. Dengan berbekal dukungan dari mereka yang menyayangi aku, keyakinan untuk perubahan ke arah yang lebih baik dan sedikit penghasilan serta sedikit bantuan dari orang – orang terdekat, ku mulai langkah itu. Juli 2007, akhirnya aku kuliah juga pikirku, keinginanku terwujud, alhamdulillah.
Ku masih menjalani pekerjaanku sebagai kasir pangkas sembari kuliah untuk beberapa waktu berikutnya. Kemudian ku pikir kedua aktivitas ini tidak dapat terus – menerus aku lakukan, sungguh merepotkan. Summa alhamdulillah, beberapa waktu kemudian aku diterima bekerja sebagai karyawan bagian administrasi di perusahaan distributor lensa kaca mata, info lowongan kerja tersebut aku dapatkan dari sebuah surat kabar. Aku pun menjalani profesiku tersebut sembari kuliah dengan mengambil kelas ekskutif (kuliah jum’at malam dan hari sabtu).
Sejak jalan itu terbuka, ku rasakan rahmat Allah terus – menerus diberikan untukku. Sungguh Allah Maha Pengasih dan Penyayang pada hamba – hambanya. Sampai akhirnya dengan berbagai hal yang aku alami di hari – hari berikutnya, aku tersadarkan akan keadaanku yang jauh dari tuntunan hidupku, agama yang diridhoi Allah untuk umat manusia,… Islam. Kusyukuri nikmat dari Allah, kusadari segala kebaikanNya. Tapi ungkapan itu baru sebatas ucapan saja, belum mempengaruhi tingkah lakuku. Aku masih belum tergerak untuk melaksanakan perintah Allah, yang paling mendasar sekalipun yaitu sholat. Menangis…., kusesali semua kebodohan itu. Sebuah buku yang ku beli dari bazar yang diadakan perpustakaan daerah SUMUT waktu itu, ikut menyadarkan aku akan dosa – dosa itu. Semalaman aku menangis tiada henti menyesali perbuatanku, malam itu juga aku berjanji pada diriku bahwa aku harus benar – benar berubah. Berubah menjadi hamba Allah yang sadar dan tahu akan kedudukannya dimuka bumi ini. Sejak saat itu aku menjadi orang yang haus akan kebenaran Islam. Ku mulai langkahku dengan membeli majalah – majalah Islam bekas dari toko loak (saat itu keuanganku hanya cukup untuk membeli itu). Dalam sholatku, selalu ku mohonkan petunjuk dari Allah, agar bisa sampai pada jalan kebenaran itu. Summa Alhamdulillah, lagi – lagi Allah mendengar doaku. Aku dipertemukan dengan teman – teman dari Hizbut Tahrir dan mengkaji Islam bersama mereka. Kini sembilan bulan sudah sejak perubahan itu. Inilah kebangkitan yang kumaksud itu, bangkit dari kebodohanku, kebodohan karena tidak mengenal Islam. Islam yang selama bertahun – tahun sejak lahir kusandang, tetapi tidak begitu ku kenal. Kini, bersama teman – teman yang sholeha itu kutatap hidup ini dengan penuh semangat, sudah jelas kini tujuan hidup ku. Tujuan hidup seorang muslim sejati yaitu hidup demi meraih ridho Allah SWT. Takkan lagi aku menyia – nyiakan sisa hidupku ini yang tak tahu kapan akan berakhir, untuk hal – hal yang tidak menghasilkan ridho Allah. Ya Allah peliharalah rasa kehambaan ini………………….agar aku tidak lupa diri, berpaling dariMu.